Rabu, 15 April 2009

PENGERTIAN AGAMA DALAM ARTI YANG SEBENARNYA

BAB II
ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA


Islam adalah agama dalam pengertian definisi nomor delapan tersebut
di atas, yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.
Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran mengandung sabda
Tuhan (firman) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan
Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52
mengatakan :
Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya,
kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui
utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizin
Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi
dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas
perintah Kami.
Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah
pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam
dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.
Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur
atau di dalam keadaan trance.
Bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah wahyu
dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur-an. Surat 26 (AI-Syu'ara)
ayat 192-195 mengatakan :
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun
oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat.
Dalam bahasa Arab yang jelas.
Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari
Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril
(Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya
yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk
membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang percaya”.
Atas dasar ayat-ayat dan hadis-hadis serupa inilah kita umat Islam
mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam Al-Qur’an
Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi
Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa
kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu
turun, itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk
dicatat.
Ayat-ayat itu
ditulis di atas batu, tulang, pelepah korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal
professionil, sebagai diakui oleh A. Guillaume merupakan bahagian dari anggota
masyarakat, yaitu bahagian yang tak boleh tidak mesti ada dalam masyarakat
Arab dahulu. Merekalah yang menghafal syair-syair.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi
setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam
peperangan yang timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi
Muhammad. Dengan gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa
ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar
memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain, untuk mengumpulkan
ayat-ayat yang tertulis di atas batu, tulang-tulang, pelepah korma dan yang
dihafal oleh sahabat-sahabat itu dalam bentuk satu buku. Buku yang satu ini
kemudian diperbanyak exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan
ke daerah- daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana.
Dari teks Usman inilah kopi-kopi selanjutnya ditulis dicetak.
Demikianlah, teks Al-Qur-an adalah orisinil dari Nabi adalah wahyu
Hadis, sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung
sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan,
perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan
Al-Qur-an, hadis tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang
selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi,
karena dikuatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi percampur-bauran.
Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh
Bukhari. Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam
buku kumpulan hadis inilah yang banyak dipakai sampai sekarang.
Karena hadis tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah
dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang betulbetul berasal dari Nabi dan
mana hadis yang dibuat-buat..Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber
ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Qur-an.
Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya.
Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai
halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar
dari segala dasar di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Di samping ini menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu
Al-Qur’an, soal orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad, yaitu soal mu'min dan muslim,
Oleh karena itu harus diusahakan supaya roh tetap suci dan manusia
menjadi baik. Ajaran Islam mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang
mengambil bentuk salat, puasa zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau
akhlak Islam. Nabi Muhammad memang mengatakan bahwa beliau datang untuk
menyempurnakan pengertian budi pekerti luhur (Aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek ibadat dan ajaran moral ini juga
merupakan aspek penting dari Islam.
Dengan
lain kata, hidup spirituil yang diperoleh melalui ibadat biasa belum memuaskan
kebutuhan spirituil mereka, maka mereka rnencari jalan yang membawa mereka
lebih dekat kepada Tuhan, sehingga mereka merasa dapat melihat Tuhan dengan
hati-sanubari, bahkan merasa bersatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran mengenai ini
terdapat dalam mistisisme Islam yang dalam istilah Arabnya disebut tasawwuf.
Sufi-sufi mempunyai murid-murid dan di antaranya ada yang
meneruskan ajaran sufi yang menjadi gurunya daiam bentuk tarekat. Maka
timbullah dalam Islam berbagai macam tarekat sufi.
Jumlah tarekat banyak dan di antaranya adalah yang berikut : Ahmadia di Mesir,
Bektasyia di Turki, Kadiria berasal dari Bagdad.
Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak
bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup
manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan
di akhirat bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki
masyarakat manusia yang teratur. Oleh sebab itu Islam mengandung peraturanperaturan
tentang kehidupan masyarakat manusia. Semua ini dibahas dalam
lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut ilmu fikih. Fikih
memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.
Semeritara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan.
Dalam perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang
semestinya. Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat
antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala
negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah
sebaliknya berkeyakinan bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi
kepala-negara
Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran,
lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini
menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.
Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta
semesta alam.
Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai
dihitung dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah
berusia dekat empat belas abad
Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang
dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke
Timur dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik,
terutama peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban
yang bercorak Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai
pengaruh bagi peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam
sejarah kebudayaan Islam.
Jadi Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya
mempunyai satu-dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya
mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek
falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.
Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan
mazhab. Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari
satu aliran dan satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap
tentang Islam. Islam di Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek
teologi, dan itupun hanya dari aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu
menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral, mistisisme,
falsafat, sejarah dan kebudayaan serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab
lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu pengetahuan kita di Indonesia tentang
Islam tidak sempurna. Dengan lain kata hakekat Islam tidak begitu dikenal. Ini
menimbulkan kesalah fahaman tentang Islam.
Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai
dengan kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal
yang dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram
menurut mazhab tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman
bahwa Islam mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini
sebenarnya adalah ajaran dari satu aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai
faham free will atau qadariah. Demikian pula timbul kesalah-fahaman
bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi, karena surga dan neraka diberi
gambaran sebagai kesenangan materi dan kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya
hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam, karena kaum sufi dan kaum
filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai keeenangan dan kesengsaraan
rohani dan intelektuil.
Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan faham itu perlulah
diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu Islam dalam segala aspeknya.
Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu
tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat.
Mungkin orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan
itu memang tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek dan
aliran-aliran itu dalam garis besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar