Kamis, 30 April 2009

AIK BAB 3

ASPEK SPIRITUAL,LATIHAN SPIRITUAL DAN AJARAN MORAL
Manusia dalam faham Islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme
lainnya, tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani. Tubuh
manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil,
sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spirituil.
Badan, karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedang
roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak kepada kesucian. Kalau
seseorang hanya mementingkan hidup kematerian ia mudah sekali dibawa
hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan dapat dibawa hanyut kepada
kejahatan.
Oleh karena itu pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan
dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa
dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat
sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hidup duniawi, apalagi kalau hal itu membawa kepada
perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan. la akan merupakan manusia
yang merugikan, bahkan manusia yang membawa kerusak bagi masyarakat.
Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia akhirat dan akan menghadapi
hidup kesengsaraan di sana.
Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan
manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan zakat,
bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan,
bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan
sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang.
Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk
melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi
keinginannya.
Di antara ibadat Islam, sholatlah yang membawa manusia terdekat
kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan
dialog berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan. Dalam shalat manusia
memang berhadapan dengan Tuhan. Dalam shalat seseorang melakukan halhal
berikut: memuja ke-Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan,
memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampun dan
dibersihkan dari dosa, memohon supaya diberi petunjuk kepada jalan yang
benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan tidak baik,Dialog ini wajibperbuatan-perbuatan jahat dan sebagainya. Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan hawa nafsu makan, minum dan seks. Di samping itu ia juga harus menahan rasa amarah, keinginan mengatai orang, bertengkar dan
perbuatan-perbuatan kurang baik lainnya. Latihan jasmani dan rohani di sini
bersatu dalam usaha mensucikan roh manusia. Di bulan puasa dianjurkan pula
supaya orang banyak bershalat dan membaca Al-Qur-an, yaitu hal-hal yang
membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan
pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan
ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka.
lbadat haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di
Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah (Rumah Tuhan dalam arti rumah
peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Tuhan di dunia ini). Sebagai
dalam shalat, orang di sini juga merasa deka sekali dengan Tuhan. Bacaanbacaan
yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu juga merupakan dialog
antara manusia denga Tuhan. Usaha pensucian roh di sini disertai oleh latihan
jasman dalam bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal sederhana Selama
mengerjakan haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus di jauhi. Di dalam haji
terdapat pula latihan rasa bersaudara antar semua manusia, tiada beda antara
kaya dan miskin, raja dan rakya biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat.
Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari
harta untuk menolong fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian
roh. Di sini roh dilatih menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa
bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota masyarakat yang berada
dalam kekurangan.
Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan
disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agma primitif.
Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat. Betul ayat 56 dari
Surat Al-Zariat mengatakan : dan ini
diartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada
Tuhan yaitu mengerjakan shalat, puasa, haji dan zakat. Soal ibadah memang
amat penting artinya dalam sejaran Islam, tetapi mestikah kata " " di
sini berarti beribadat, mengabdi atau menyembah ? Sebenarnya Tuhan tidak
berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurna
dan tak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata " ” disini lebih
tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja, apalagi
menyembah. Lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk dan
patuh dan kata memang mengandung arti tunduk dan patuh
sehingga arti ayat itu menjadi :
'Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh
kepadaKu ".
Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan
muttaqi, yaitu menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di Hari
Kiamat dengan mematuhi perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan.
Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat
baik dan tidak untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yang
memilih kejahatan.
Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada "
" ” dan " " juga membawa kepada faham yang tidak tepat: Kata
sembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafat lain dari falsafat
Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam faham
masyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafat masyarakat serupa ini
kekuatan gaib yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajen
agar ia jangan murka dan jangan membawa bencana bagi alam.
Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa ke
dalam konteks Islam, sebagai terjemahan bagi kata " " dan " ",
menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada dalam Islam. Dalam
Islam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat
yang dikasihi. Ini ternyata dari ucapan : “ “, yang tiap hari
berkali-kali dibaca umat Islam. Rahman dan Rahim berarti pengasih lagi
Penyayang, jadi bukan Tuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia.
Tetapi kata sembahyang yang masuk ke dalam konteks Islam itu
menghilangkan sifat Pengasih dan Penyayang itu dari kesadaran kita umat
Islam. Inilah pula kelihatan salah satu sebabnya maka “
“ dalam Al-Qur’an di Indonesiakan menjadi "takutilah Tuhan" sedang arti
sebenarnya ialah "pelihara dan jagalah dirimu dari hukum Tuhan di akhirat dan
patuhlah kepada perintah dan laranganNya".
Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan
diri kepada Tuhan, agar dengan demikian roh mausia senantiasa
diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasa
kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh suci membawa kepada
budi pekerti baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadat, di samping merupakan
latihan spirituil, juga merupakan latihan moral.
Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral : Ayat 45 dari
Surat Al-Ankabut menyatakan :
Salat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik.
Ayat 183 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :
Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai
halnya dengan umat sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.
Bertakwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik. Hadis-hadis Nabi juga mengkaitkan puasa dengan
perbuatan-perbuatan tidak baik. Salah satu hadis mengatakan :
Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan. perbuatan
tidak baik tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari
makan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadis lain lagi mengatakan :
Dengan demikian berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan
minum, tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan tidak lagi kotor.
Mengenai haji, ayat 197 dari Surat Al-Baqarah :
Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak
mengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak
baik dan tidak boleh bertengkar.
Tentang zakat ayat 103 dari Surat Al-Taubah :
Menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk membersihkan dan
mensucikan pemiliknya.
Hadits berikut :
menerangkan bahwa arti sedekah luas sekali sehingga ia mencakupi
senyuman kepada manusia, seruan pada perbuatan baik dan larangan dari
berbuat jahat, memberi petunjuk kepada manusia, menjauhkan diri dari jalan,
memberi air yang ada digayung kita kepada orang yang berhajat dan menuntun
orang yang lemah penglihatannva.
Bahwa semua ibadat itu dekat hubungannya dengan pendidikan moral
dijelaskan lebih lanjut oleh hadis-hadis di bawah ini. Pernah orang bertanya
kepada Nabi :
Jadi sebagaimana dijelaskan hadis ini orang yang kuat sembah,
berpuasa dan bersedekah, tetapi lidahnya menyakiti tetangga, masuk neraka.
Dan orang yang sedikit menjalankan ibadat sembahyang, puasa dan sedekah,
tetapi tidak menyakiti hati tetangga akan masuk surga. Hadis berikut
menjelaskan :
Bahwa orang yang berdusta, tidak menepati janji dan berkhianat,
munafik, sungguhpun ia mengaku dirinya orang Islam, berpuasa, mengerjakan
salat, haji dan umrah. Menurut hadis berikut :
ada hal yang lebih tinggi derjatnya dari salat, puasa dan sedekah. Ketika
para sahabat mengatakan ingin mengetahui hal itu, Nabi menjawab :
Memperbaiki tali persahabatan.
Hadits di bawah ini :
menerangkan bahwa sifat pemurah membuat orang dekat pada Tuhan
dan surga, sedang sifat bakhil membuat orang jauh dari Tuhan surga. Dan
begitu terpujinya sifat pemurah sehingga orang (tidak tahu) tetapi pemurah lebih
dikasihi Tuhan dari orang banyak beribadat tetapi bakhil.
Demikianlah Al-Qur’an dan hadits menjelaskan bahwa ibadat
sebenarnya merupakan latihan spirituil dan moral dalam Islam membina
manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur.
Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur’an dan juga membawa
ajaran-ajaran atau norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiap
orang Islam.
Ayat 58 dari Surat Al-Nisa’ :
mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap
ikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang
dipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak. Juga ayat ini
mengajarkan supaya manusia berlaku adil.
Ayat 90 dari Surat Al-Nahl :
Disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baik
kepada orang dan menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidak
baik dan jahat.
Selanjutnya ayat 188 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :
Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan alasan palsu dan
jangan bawa hal itu ke depan hakim dengan maksud agar kamu dapat
memakan harta orang lain dengan jalan tidak benar.
Ayat 24, 25 dan 26 dari Surat Ibrahim :
selanjutnya menerangkan bahwa kata-kata baik serupa dengan pohon
subur yang akarnya teguh dan rantingnya meninggi ke langit bahwa kata-kata
buruk serupa dengan pohon yang dekat mati akan tercabut dari tanah karena
tak mempunyai dasar.
Ayat 11 dan 12 dari Surat-Hujrat :
Lebih lanjut lagi mengajarkan hal-hal berikut :
Janganlah mencemoohkan orang lain, karena mungkin lebih baik dari
kita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan tidak
baik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakan
dosa; jangan mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang.
Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi.
Selain dari ajaran-ajaran akhlak, Al-Qur’an bahkan mengandung ajaranajaran
bagaimana seharusnya tingkah laku seseorang dalam hidup sehari-hari.
Ayat 27 dan 28 dari Surat Al-Nur :
Umpamanya mengajarkan agar seseorang jangan memasuki rumah
orang lain sebelum meminta izin serta memberikan salam dan kalau tidak diberi
izin masuk supaya kembali saja, karena itu adalah lebih baik.
Ayat 58 dari surat itu juga :
Selanjutnya mengajarkan agar sebelum memasuki ruang tertutup orang
harus meminta izin terlebih dahulu, dengan mengetok umpamanya, tiga kali,
walaupun bagi anak yang belum dewasa.
Demikianlah pentingnya budi-pekerti luhur dan tingkah laku sehari-hari
dalam Islam, sehingga hal-hal itu disebut Tuhan dalam Al-Qur-an. Dan Nabi
Muharnmad sendiri mengatakan bahwa beliau diutus ke dunia ini untuk
menyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi-pekerti luhur. Beliau juga
menerangkan : Tuhan telah menentukan Islam sebagai agamamu, maka
hiasilah agama itu dengan budi-pekerti baik dan hati pemurah.
Berkata benar dan tidak berdusta adalah norma moral yang penting.
Nabi mengatakan : “Kata benar menimbulkan ketenteran tetapi dusta
menimbulkan kecemasan”. Menurut 'Aisyah, sifat yang paling dibenci Nabi ialah
berdusta. Seorang mu'min, kata Nabi, boleh bersifat penakut dan bakhil, tetapi
sekali-kali tak boleh berdusta. Tiga macam orang, kata Nabi, yang tak akan
masuk surga, orang tua yang berzina, Imam yang berdusta, dan kepala yang
bersifat angkuh. Mengenai kejujuran Nabi mengatakan : "Tidak terdapat iman
dalam diri orang yang tidak jujur dan tidaklah beragama orang yang tak dapat
dipegang janjinya". Dan seorang pernah bertanya kepada Nabi : "Kapan hari
kiamat ?" jawab beliau :
“Kalau kejujuran telah hilang". Janji harus ditepati walaupun kepada musuh.
Nabi pernah mengucapkan kata-kata berikut: "jika seseorang berjanji tidak akan
membunuh seseorang lain, tetapi orang itu kemudian ia bunuh, maka aku suci
dari perbuatannya, sungguhnya yang ia bunuh itu adalah orang kafir". Orang
pernah bertanya kepada Nabi tentang semulia-mulia manusia. Nabi
menerangkan : “Orang yang hatinya bersih lagi suci dan lidahnya benar". Juga
Nabi mengatakan bahwa orang yang suka mencaci dan hatinya berisi rasa
dengki akan masuk neraka. Selanjutnya orang yang kuat kata Nabi, bukanlah
orang yang tak dapat dikalahkan kekuatan fisiknya, tetapi yang kuat ialah orang
yang dapat menahan amarahrya. Hadis lain lagi menerangkan bahwa orang
yang dapat menahan marahnya di hari kiamat akan dapat memilih bidadari yang
disukainya. Lebih lanjut lagi Nabi mengatakan bahwa derjat yang tinggi
diberikan Tuhan kepada orang yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang tak menghargainya, memaafkan orang yang tak mau memberi apa-apa
kepadanya dan tetap bersahabat dengan orang yang memutuskan tali
persaudaraan dengan dia. Hadis juga mengatakan bahwa orang yang paling tak
disenangi Tuhan ialah orang yang berdendam khusumat.
Demikianlah hadis-hadis Nabi banyak menyebut norma-norma akhlak
mulia dan Nabi sendiri dikenal sebagai orang yang budi pekertinya luhur.
Al-Qur’an mengatakan : “ “ Tegasnya, Islam sebagai
halnya dengan agama-agama lain, amat mementingkan pendidikan spirituil dan
moral. Di sinilah sebenarnya terletak inti-sari sesuatu agama. Inti-sari ajaranajaran
Islam,memang berkisar sekitar soal baik dan buruk, yaitu perbuatan
mana yang bersifat baik dan membawa kepada kebahagiaan, dan perbuatan
lana yang bersifat buruk atau jahat dan membawa kepada kemudaratan dan
kesengsaraan. Untuk kebahagiaan manusia, perbuatan aik dikerjakan dan
perbuatan jahat dijauhi.
Dalam Islam masalah baik dan buruk ini mengambil tempat yang penting
sekali. Bagi para teolog Islam soal itu memang merupakan salah satu masalah
yang banyak dan hangat mereka perbincangkan. Pokok masalah bagi aliranaliran
teologi yang terdapat dalam Islam ialah : Dapatkah manusia melalui
akalnya mengetahui perbuatan mana yang buruk ? Ataukah untuk mengetahui
itu, maka perlu pada wahyu ?
Golongan Asy'ariah mengatakan bahwa soal baik dan tidak tak dapat
diketahui oleh akal. Sekiranya wahyu tidak diturunkan Tuhan, manusia tidak
akan dapat memperbedakan perbuatan buruk dari perbuatan baik. Wahyulah
yang menentukan buruk-baik sesuatu perbuatan.
Kaum Mu'tazilah berpendapat bahwa akal manusia cukup kuat untuk
mengetahui buruk-baiknya sesuatu perbuatan. Tanpa wahyu manusia dapat
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan buruk dan menolong sesama
manusia adalah perbuatan baik. Hal itu tak diperlukan wahyu. Wahyu datang
hanya untuk memperkuat pendapat akal manusia dan untuk membuat nilai-nilai
yang dihasilkan fikiran manusia itu bersifat absolut dan universil, agar dengan
demikian mempunyai kekuatan mengikat bagi seluruh umat.
Selanjutnya, kata Mu'tazilah, setelah akal mengetahui yang baik dan apa
yang buruk, akal memerintahkan supaya peerbuatan baik itu dikerjakan dan
perbuatan buruk atau jahat itu dijauhi. Jadi sebelum wahyu diturunkan Tuhan,
manusia dalam faham Mu'tazilah, telah berkewajiban berbuat baik dan
berkewjiban menjauhi perbuatan jahat. Wahyu datang untuk memperkuat
perintah akal itu dan untuk membuat kewajiban-kewajiban akli tersebut menjadi
kewajiban syar'i yang bersifat absolut.
Bagi golongan Asy'ariah, karena akal tidak mampu mengetahui soal baik
dan soal buruk, manusia tidak mempunyai kewajiban apa-apa sebelum turunnya
wahyu.
Sekianlah sekedar masalah baik dan buruk dalam teologi Islam. Di
samping teologi, fikih atau hukum Islam sebenarnya juga memusatkan
pembahasan pada soal baik dan buruk itu. Pengertian wajib, haram, sunat dan
makruh hubungannya erat sekali dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk
atau jahat. Perbuatan ada di antaranya yang wajib dikerjakan dan ada pula di
anta yang sunnah dikerjakan. Perbuatan buruk atau jahat ada yang haram
dikerjakan dan ada yang makruh dikerjakan. Perbuatan-perbuatan tidak baik
yang haram atau makruh kalau dikerjakan, membawa kepada kemudhratan dan
kesengsaraan, sedang perbuatan-perbuatan baik yang wajib atau yang sunnah,
kalau dikerjakan, membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga di akhirat,
juga erat hubungannya dengan soal baik dan buruk ini. Orang yang berbuat baik
di dunia ini akan masuk surga di akhirat, dan orang yang berbuat jahat akan
masuk neraka. Yang dimaksud di sini dengan perbuatan baik bukan hanya yang
merupakan ibadat, tetapi juga perbuataan baik duniawi yang setiap hari
dilakukan manusia dalam hubungannya dengan manusia, bahkan juga dengan
makhluk lain, terutama binatang-binatang. Demikian pula yang dimaksud
dengan perbuatan buruk dan jahat adalah perbuatan buruk, dan jahat yang
dilakukan manusia, terhailap sesama manusia dan juga terhadap makhluk lain
di dunia.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin
sebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak
mengherankan kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakan
ajaran yang penting sekali dalal Islam. Dan soal itu demikian pentingnya
sehingga, bukan hanya ibadat shalat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi juga
hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka, kesemuanya
sebagai dilihat di atas, erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatan
buruk manusia. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untuk
mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnya untuk
mendorong manusia kepada perbuatan perbuatan baik. Dari manusia-manusia
baik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat diwujudkan.

Rabu, 15 April 2009

PENGERTIAN AGAMA DALAM ARTI YANG SEBENARNYA

BAB II
ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA


Islam adalah agama dalam pengertian definisi nomor delapan tersebut
di atas, yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.
Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran mengandung sabda
Tuhan (firman) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan
Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52
mengatakan :
Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya,
kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui
utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizin
Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi
dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas
perintah Kami.
Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah
pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam
dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.
Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur
atau di dalam keadaan trance.
Bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah wahyu
dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur-an. Surat 26 (AI-Syu'ara)
ayat 192-195 mengatakan :
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun
oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat.
Dalam bahasa Arab yang jelas.
Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari
Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril
(Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya
yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk
membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang percaya”.
Atas dasar ayat-ayat dan hadis-hadis serupa inilah kita umat Islam
mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam Al-Qur’an
Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi
Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa
kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu
turun, itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk
dicatat.
Ayat-ayat itu
ditulis di atas batu, tulang, pelepah korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal
professionil, sebagai diakui oleh A. Guillaume merupakan bahagian dari anggota
masyarakat, yaitu bahagian yang tak boleh tidak mesti ada dalam masyarakat
Arab dahulu. Merekalah yang menghafal syair-syair.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi
setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam
peperangan yang timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi
Muhammad. Dengan gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa
ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar
memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain, untuk mengumpulkan
ayat-ayat yang tertulis di atas batu, tulang-tulang, pelepah korma dan yang
dihafal oleh sahabat-sahabat itu dalam bentuk satu buku. Buku yang satu ini
kemudian diperbanyak exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan
ke daerah- daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana.
Dari teks Usman inilah kopi-kopi selanjutnya ditulis dicetak.
Demikianlah, teks Al-Qur-an adalah orisinil dari Nabi adalah wahyu
Hadis, sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung
sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan,
perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan
Al-Qur-an, hadis tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang
selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi,
karena dikuatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi percampur-bauran.
Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh
Bukhari. Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam
buku kumpulan hadis inilah yang banyak dipakai sampai sekarang.
Karena hadis tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah
dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang betulbetul berasal dari Nabi dan
mana hadis yang dibuat-buat..Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber
ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Qur-an.
Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya.
Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai
halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar
dari segala dasar di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Di samping ini menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu
Al-Qur’an, soal orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad, yaitu soal mu'min dan muslim,
Oleh karena itu harus diusahakan supaya roh tetap suci dan manusia
menjadi baik. Ajaran Islam mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang
mengambil bentuk salat, puasa zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau
akhlak Islam. Nabi Muhammad memang mengatakan bahwa beliau datang untuk
menyempurnakan pengertian budi pekerti luhur (Aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek ibadat dan ajaran moral ini juga
merupakan aspek penting dari Islam.
Dengan
lain kata, hidup spirituil yang diperoleh melalui ibadat biasa belum memuaskan
kebutuhan spirituil mereka, maka mereka rnencari jalan yang membawa mereka
lebih dekat kepada Tuhan, sehingga mereka merasa dapat melihat Tuhan dengan
hati-sanubari, bahkan merasa bersatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran mengenai ini
terdapat dalam mistisisme Islam yang dalam istilah Arabnya disebut tasawwuf.
Sufi-sufi mempunyai murid-murid dan di antaranya ada yang
meneruskan ajaran sufi yang menjadi gurunya daiam bentuk tarekat. Maka
timbullah dalam Islam berbagai macam tarekat sufi.
Jumlah tarekat banyak dan di antaranya adalah yang berikut : Ahmadia di Mesir,
Bektasyia di Turki, Kadiria berasal dari Bagdad.
Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak
bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup
manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan
di akhirat bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki
masyarakat manusia yang teratur. Oleh sebab itu Islam mengandung peraturanperaturan
tentang kehidupan masyarakat manusia. Semua ini dibahas dalam
lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut ilmu fikih. Fikih
memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.
Semeritara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan.
Dalam perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang
semestinya. Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat
antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala
negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah
sebaliknya berkeyakinan bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi
kepala-negara
Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran,
lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini
menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.
Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta
semesta alam.
Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai
dihitung dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah
berusia dekat empat belas abad
Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang
dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke
Timur dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik,
terutama peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban
yang bercorak Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai
pengaruh bagi peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam
sejarah kebudayaan Islam.
Jadi Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya
mempunyai satu-dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya
mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek
falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.
Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan
mazhab. Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari
satu aliran dan satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap
tentang Islam. Islam di Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek
teologi, dan itupun hanya dari aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu
menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral, mistisisme,
falsafat, sejarah dan kebudayaan serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab
lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu pengetahuan kita di Indonesia tentang
Islam tidak sempurna. Dengan lain kata hakekat Islam tidak begitu dikenal. Ini
menimbulkan kesalah fahaman tentang Islam.
Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai
dengan kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal
yang dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram
menurut mazhab tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman
bahwa Islam mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini
sebenarnya adalah ajaran dari satu aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai
faham free will atau qadariah. Demikian pula timbul kesalah-fahaman
bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi, karena surga dan neraka diberi
gambaran sebagai kesenangan materi dan kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya
hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam, karena kaum sufi dan kaum
filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai keeenangan dan kesengsaraan
rohani dan intelektuil.
Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan faham itu perlulah
diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu Islam dalam segala aspeknya.
Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu
tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat.
Mungkin orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan
itu memang tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek dan
aliran-aliran itu dalam garis besarnya.

Rabu, 08 April 2009

PENGERTIAN AGAMA

AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA

Pengertian Agama:
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskrit āgama yang berarti diwarisi turun-temurun atau "tradisi". Selain dari kata agama, dikenal pula kata din(dari bahasa Arab) yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan dan kata religi dari bahasa Latin yang berasal dari kata re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera.

Definisi Agama
Dari pengertian agama di atas, dapat di ambil beberapa definisi dari agama antara lain :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rosul.
Unsur-unsur agama
Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama :
1. Kekuatan gaib; manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia harus mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akherat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia, misalnya dapat berupa perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitive, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
Agama Islam
Islam menurut bahasa artinya tunduk, patuh, selamat, berserah diri. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Allah. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhan-lah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.

Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yg rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yg rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan.

Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini.

Di antara ketiga agama serumpun ini yang pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi yang diutus yaitu Ibrahim, Ismail, lshaq, Yusuf dan lain-lain; kemudian agama Kristen dengan Nabi Isa, yang datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Dan terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa ialah ajaran yang sama yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.

Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yg Maha Esa. Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan “Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya)”. Dan mereka yg diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.

Selain itu apa yg dimaksud dengan Islam juga dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125
“Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?”

Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al- Baqarah ayat 131 :
“Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu’; ia menjawab : “Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' “
dan Surat Ali Imran ayat 67 :
“Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities”.

Q.S Ali Imran : 84, mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :
Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yg diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.

Dari ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga menunjukkan bahwa, ketiga agama itu memeng mempunyai asal yang satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yang berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.

Pada mulanya, Yahudi, Kristen, dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Dalam istilah modern, keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi pada kemurnian tauhid dipelihara oleh Islam dan Yahudi.
Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai yang diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama sudah tidak terpelihara lagi.
Agama Hindu sesungguhnya juga ter masuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monoteisme. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarakan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; merupakan tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan menusia di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran.

Dengan demikian, diantara agama besar yang ada sekarang hanya Islamlah yang benar dan murni.